The Songs


Sabtu, 20 November 2010

Perjalanan Dandelion Kecil


Aku adalah sebuah benih Dandelion yang telah dilahirkan oleh ibuku yang cantik, Bunga Dandelion. Beberapa hari setelah dilahirkan, ibuku melepasku ke alam bebas. Ia ingin aku mandiri, mencari tempat tinggal sendiri. Aku pun memulai perjalanan hidupku yang baru dari sini.
***
Aku adalah sebuah benih Dandelion yang kecil. Karena kecil, tubuhku sangat ringan dan mudah terbawa oleh angin.
               
Di hari pertama perjalanku ini, aku bersama temanku, Angin akan menuju tempat yang menakjubkan. Anak yang merawat ibuku bilang tempat itu bernama Kota. Ia sering bercerita kalau Kota adalah tempat yang memiliki banyak hal. Apa saja ada disana. Hal ini membuatku penasaran ingin tinggal disana. Untungnya temanku mau mengantarku.

Tak beberapa lama kemudian, aku telah sampai di kota. Angin pun pergi meninggalkanku. Aku terkejut. Mana tempat menakjubkan yang disebut anak itu dulu? Yang ada hanya bangunan-bangunan tinggi. Banyak manusia berkeliaran keluar masuk bangunan itu. Entah apa yang mereka lakukan disana. Aku pun tidak melihat tanah. Yang aku lihat hanya batuan keras berwarna abu-abu kehitaman yang sangat padat dan keras. Aku tidak dapat tinggal disini.

Tiba-tiba aku merasa sesak. Udara yang kuhirup menjadi kotor dan berwarna hitam. Tiba-tiba ada sesuatu yg melintas disampingku dengan cepat. Benda itu beroda dan tampak sangat besar. Benda itu yang membuang sampah kotor sehingga aku sesak. Bagaimana bisa manusia-manusia itu bertahan ditempat yang suram ini? Bagaimana pula anak itu dapat menyebut tempat ini menakjubkan?

Aku menunggu Angin untuk mengantarku ke tempat lain. Tempat yang ingin kutuju adalah tepi sungai. Anak itu pernah bercerita kalau ia suka memancing di sungai karena banyak ikan segar disana. Aku ingin berteman dengan ikan-ikan itu. Angin pun datang. Aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat yang menyeramkan ini.
***
Aku telah sampai di tepi sungai. Aku senang dapat bernapas dengan udara bersih ini. Aku pun senang melihat tanah berwarna coklat yang tampaknya subur. Aku pun memilih tempat yang sangat dekat sungai agar dapat berteman dengan ikan-ikan.

Aku terkejut. Air sungai itu berwarna keruh dan sangat kotor. Banyak sampah-sampah menggenang diatasnya. Melihat keadaan itu tidak mungkin ada seekor ikanpun yang tinggal disana. Tiba-tiba langit mendung. Aku sangat senang karena akan turun hujan. Tak lama aku melihat sesuatu jatuh dari langit. Tetapi warnanya hitam. Itu bukan air! Itu adalah abu! Dan sepertinya itu bukan mendung yang aku lihat, tetapi asap. Asap yang berasal dari sebuah tabung tinggi di atas sebuah rumah. Mungkin itu tempat yang pernah diceritakan anak itu. Tempat ayahnya bekerja. Namanya Pabrik.

Aku menjadi hitam oleh abu. Aku pun segera pergi dari situ. Angin membawaku menelusuri sungai dan mengantarku kepemukiman manusia di tepi sungai. Ia berharap manusia akan merawatku disini. Tapi sepertinya tidak. Aku melihat manusia itu membuang sampahnya ke sungai. Ternyata mereka juga yang membuat sungai ini kotor. Aku tidak mau tinggal disini. Bagaimana bisa ia merawatku sedangkan mereka sendiri tidak mau merawat tempat tinggalnya. Mungkin aku juga akan dibuang ke sungai olehnya. Aku meminta Angin lagi untuk memindahkanku.
***
Angin membawaku kesebuah tempat yang sangat indah. Angin bilang tempat itu bernama Hutan. Itu adalah pemukiman para tumbuhan. Aku senang. Aku akan mempunyai banyak teman. Aku pun telah membulatkan pilihan untuk tinggal disana. Lalu aku membenamkan diri di tanah.
***
Hari ini hari pertamaku di hutan. Hari pertamaku menetap. Dan hari pertamaku memulai hidupku yang baru. Aku berkenalan dengan tetangga yang sebentar lagi akan jadi temanku. Ada si Mawar, ada si Edelweiss, dan banyak rerumputan. Aku juga mempunyai banyak teman yang besar. Mereka dari jenis pepohonan. Aku sangat senang tinggal disini. Buatku inilah tempat yang seharusnya disebut “Tempat yang Menakjubkan”.

Suatu dari ada sekelompok manusia yang datang. Aku takut mereka berbuat seperti yang kulihat di tepi sungai ataupun di kota. Tapi ternyata tidak. Mereka menyentuhku dan teman-temanku dengan lembut. Sepertinya mereka menjadikanku objek untuk diteliti. Aku senang. Andai manusia yang tinggal di kota dan tepi sungai juga berbuat seperti ini.
***
Sudah sebulan lebih aku tinggal disini. Aku telah tumbuh menjadi tanaman yang indah dengan bunga yang cantik. Semakin hari semakin banyak manusia yang datang. Mungkin mereka juga berpikir ini adalah tempat yang menakjubkan.

Esoknya aku melihat sekelompok manusia lagi datang. Aku telah terbiasa dengan hal itu. Mereka pasti tidak akan merusak tempat sejuk yang menakjubkan ini. Tetapi aku salah. Satu per satu temanku mulai ditebang. Mereka membunuh dengan kasar.

Sudah dua hari sejak terbunuhnya teman-temanku. Kini aku benar-benar tinggal seorang diri. Hutan yang indah dan hijau, kini menjadi tandus dan kering. Aku kesepian. Mungkin nasibku juga akan sama seperti mereka.

Esok harinya sekelompok manusia kembali datang. Mereka membangun tempat tinggal manusia diatas tempat tinggal teman-temanku dulu. Aku sedih. Mereka, para penjahat kejam itu, tidak dapat mengerti perasaanku. Mengapa mereka tak bisa tinggal berdampingan dengan teman-temanku? Mengapa mereka tak mau jadi temanku? Mengapa mereka tidak bisa memiliki hati seperti para peneliti itu? Aku semakin sedih. Aku kesepian. Hingga aku melihat sebuah benda besar beroda dari jauh. Itu adalah benda yang kulihat dikota dulu. Benda yang mengeluarkan sampah hitam dan membuat kotor udara. Benda itu semakin mendekat. Sepertinya ia tak melihatku. Tiba-tiba pandanganku gelap.
***
Aku terbangun. Entah berapa lama aku tertidur. Lalu kulihat sekitarku. Semua teman-temanku berkumpul kembali. Seingatku, aku berada di tanah tandus sebelum aku tertidur. Lalu ku tanya temanku, tempat apa ini. Ia menjawab dengan senyuman, “Ini adalah surga”.